ESSAI

 

Esai Pengalaman Berharga dalam Asistensi Mengajar di SDN Penanggungan 

Oleh Christina Pitaloka Rukmana (220151600591)

Pengalaman mengikuti asistensi mengajar di SDN Penanggungan merupakan salah satu fase pembelajaran yang paling bermakna selama saya menempuh pendidikan sebagai calon guru. Kegiatan ini tidak hanya memberikan ruang praktik untuk menerapkan teori pembelajaran yang telah saya pelajari di bangku kuliah, tetapi juga membuka wawasan baru tentang kompleksitas dunia pendidikan dasar, mulai dari proses pembelajaran, pengelolaan kelas, hingga pembangunan karakter siswa. Melalui asistensi mengajar, saya mendapatkan banyak pembelajaran tentang bagaimana menjadi pendidik yang tidak hanya mengajar, tetapi juga mendidik dengan hati dan memahami kebutuhan peserta didik secara lebih menyeluruh.


Selama kegiatan asistensi, saya melaksanakan praktik mengajar sebanyak tujuh kali. Tiga kali saya mengajar di kelas rendah, satu kali di kelas 1, dan tiga kali di kelas tinggi. Pembagian ini bertujuan agar saya dapat memahami dan merasakan dinamika pengajaran di setiap jenjang kelas dalam satuan pendidikan dasar.

Pengalaman pertama saya mengajar adalah di kelas 4B, sebuah kelas tinggi yang diasuh oleh Ibu Selfi. Saya mengajar mata pelajaran Bahasa Jawa dengan materi Aksara Jawa. Pada tanggal 11 Maret 2025, saya mengajarkan aksara ha–la dan sandhangan swara. Proses pembelajaran di hari tersebut memberikan tantangan tersendiri karena saya harus menyampaikan materi yang cukup kompleks secara menyenangkan dan mudah dipahami. Saya menggunakan media pembelajaran PAAKJA (Papan Aksara Jawa), yang dirancang secara kreatif agar siswa bisa belajar sambil bermain dan berinteraksi langsung dengan media.

Tanggal 20 Maret 2025, saya kembali mengajar Bahasa Jawa di kelas yang sama dengan materi aksara pa–nga dan sandhangan panyigeg wanda. Pembelajaran kali ini difokuskan pada latihan membaca dan menulis suku kata sederhana dalam Aksara Jawa. Saya memadukan metode make a match dan game-based learning agar siswa lebih antusias. Suasana kelas menjadi sangat hidup karena siswa dapat bergerak dan bekerja sama dengan teman-temannya dalam menyusun huruf yang sesuai.

Sesi ketiga pengajaran Bahasa Jawa dilaksanakan pada tanggal 15 April 2025, dengan materi aksara ha–nga dan sandhangan wyanjana. Saya merancang pembelajaran dengan pendekatan kontekstual agar siswa dapat mengaitkan materi dengan kehidupan sehari-hari, misalnya menuliskan nama makanan tradisional dalam Aksara Jawa. Melalui pendekatan ini, siswa tidak hanya belajar huruf dan simbol, tetapi juga merasakan keterkaitan antara budaya dan bahasa.

Saya juga mendapatkan kesempatan mengajar di kelas 1A pada tanggal 24 April 2025. Di bawah bimbingan Bu Anggi sebagai wali kelas, saya mengampu mata pelajaran Pendidikan Pancasila dengan materi gotong royong di rumah dan masyarakat. Mengajar di kelas 1 memberikan pengalaman unik karena saya harus menyesuaikan gaya komunikasi dan aktivitas pembelajaran dengan karakteristik anak usia dini. Saya menggunakan gambar dan permainan sederhana yang menggambarkan situasi gotong royong, serta menggunakan pendekatan kooperatif make a match agar siswa bisa mencocokkan gambar kegiatan dengan tempat terjadinya.

Selanjutnya, saya melaksanakan pengajaran di kelas 3B, yang termasuk kategori kelas rendah. Pada tanggal 7 Mei 2025, saya mengajar mata pelajaran Matematika dengan materi garis tegak lurus dan garis sejajar. Saya menggunakan alat bantu visual dan kegiatan eksploratif sederhana agar siswa dapat membedakan jenis garis dengan mudah. Keesokan harinya, 8 Mei 2025, saya kembali mengajar di kelas yang sama dengan materi mengurutkan dan membandingkan data. Kegiatan pembelajaran saya desain dalam bentuk aktivitas kelompok, di mana siswa diminta mengurutkan data tinggi badan dan berat badan teman sekelas mereka. Dengan pendekatan kooperatif STAD, pembelajaran menjadi interaktif dan menyenangkan.

Pengalaman mengajar terakhir saya adalah pada tanggal 19 Mei 2025 dengan materi menyajikan data dalam bentuk tabel. Untuk materi ini, saya menggunakan media “Pasar Buah dan Supermarket”. Siswa secara bergiliran mengambil gambar buah dan makanan dari depan kelas seolah-olah mereka sedang berbelanja, kemudian menempelkannya di papan. Setelah itu, siswa bersama-sama menghitung jumlah masing-masing item dan menyusunnya dalam bentuk tabel. Metode ini terbukti efektif meningkatkan pemahaman siswa terhadap penyajian data secara konkret.

Selain praktik mengajar, saya juga terlibat dalam perancangan dan pelaksanaan program kerja kolaboratif bersama rekan-rekan mahasiswa. Salah satu program kerja yang paling berkesan adalah BABILJAR (Baca Sambil Belajar). Program ini disusun sebagai bentuk bimbingan belajar tambahan yang dilaksanakan di perpustakaan setelah jam pulang sekolah. Dalam pelaksanaannya, kami bekerja sama dengan wali kelas dan orang tua siswa untuk menjaring anak-anak yang mengalami keterlambatan membaca dan menulis, terutama dari kelas 1 hingga kelas 3. Kami juga melibatkan siswa dari kelas tinggi yang kesulitan dalam pelajaran Matematika atau IPAS. Tujuan utama dari program ini adalah memberikan dukungan belajar tambahan agar siswa bisa mengejar ketertinggalan mereka secara akademik. Kegiatan dilakukan dengan suasana menyenangkan dan penuh empati, menggunakan media cerita bergambar, permainan kata, dan latihan membaca bertahap.

Program kerja kedua adalah Eco Print Art, yang menyasar siswa kelas 5A dan 5B. Dalam kegiatan ini, siswa dibagi menjadi 14 kelompok besar dan diminta membawa daun dan bunga dari rumah serta alat bantu berupa batu atau ulegan. Kegiatan ini bertujuan menumbuhkan kecintaan terhadap alam dan kreativitas seni. Proses pembuatan eco print menjadi pengalaman yang menyenangkan dan memberi makna ekologis. Setelah kain diberi motif dan dikeringkan, hasilnya dijahit menjadi taplak meja yang kemudian diserahkan ke sekolah sebagai bentuk apresiasi karya siswa.

Program kerja berikutnya adalah peringatan Kartini Day, yang menjadi momen penting untuk menanamkan nilai-nilai perjuangan dan kesetaraan gender sejak dini. Kegiatan dimulai dengan upacara bendera, dilanjutkan dengan kirab keliling lingkungan sekolah. Siswa mengenakan pakaian adat dan busana profesi, yang menunjukkan keanekaragaman budaya dan aspirasi masa depan mereka. Acara dilanjutkan dengan lomba fashion show dan lomba membaca puisi. Kegiatan ini tidak hanya meriah, tetapi juga menggugah rasa percaya diri dan keberanian siswa dalam tampil di depan umum. Seluruh hadiah ditanggung oleh paguyuban wali murid, yang menunjukkan dukungan besar dari orang tua terhadap kegiatan sekolah.

Program kerja keempat adalah Sosialisasi Anti Bullying, Anti Pelecehan Seksual, dan Anti Intoleransi yang ditujukan untuk siswa kelas 6A dan 6B. Sosialisasi ini merupakan bentuk kontribusi mahasiswa dalam membentuk lingkungan sekolah yang aman, ramah, dan inklusif. Materi disampaikan dengan bahasa yang sederhana dan pendekatan partisipatif. Setelah pemaparan dan sesi tanya jawab, siswa melakukan kegiatan simbolik berupa penempelan cap tangan pada banner sebagai bentuk komitmen untuk tidak melakukan tindakan-tindakan negatif tersebut. Siswa juga membuat konten edukatif sederhana yang diunggah sebagai bagian dari kampanye positif. Kegiatan ini memberikan dampak emosional yang kuat dan menciptakan kesadaran kolektif di kalangan siswa.

Tak hanya mengajar dan menjalankan program kerja, saya juga terlibat aktif dalam kegiatan penunjang lainnya. Setiap pagi, saya bersama rekan mahasiswa melaksanakan piket penyambutan di gerbang sekolah. Kami menyapa dan menyalami guru serta siswa yang datang, menciptakan suasana hangat dan penuh semangat sejak awal hari. Saat terjadi kekosongan guru, kami juga dipercaya untuk menjaga kelas dan melanjutkan kegiatan belajar. Selain itu, kami sering diminta membantu dalam pelaksanaan event-event sekolah, seperti lomba-lomba, pentas seni, atau kegiatan khusus lainnya. Keterlibatan ini membuat saya merasa menjadi bagian dari komunitas sekolah, bukan hanya sebagai tamu atau pelaksana tugas.

Melalui kegiatan asistensi mengajar di SDN Penanggungan, saya belajar banyak hal yang tidak bisa sepenuhnya didapatkan dari perkuliahan. Saya belajar bahwa menjadi guru bukan hanya soal menyampaikan materi, tetapi juga membentuk karakter, menjalin relasi, memahami latar belakang siswa, dan beradaptasi dengan dinamika sekolah. Saya juga belajar pentingnya kolaborasi antar guru, peran serta orang tua, dan kekuatan komunikasi yang baik.

Asistensi mengajar ini memberi saya ruang untuk terus belajar menjadi lebih reflektif, inovatif, dan adaptif. Saya menyadari bahwa setiap siswa memiliki keunikan dan potensi masing-masing yang harus digali dengan pendekatan yang tepat. Saya pun menjadi lebih sadar akan pentingnya perencanaan pembelajaran yang matang, penggunaan media yang menarik, serta pentingnya penilaian yang tidak hanya bersifat akademik, tetapi juga membangun karakter.

Pengalaman ini akan menjadi landasan yang kuat bagi saya untuk menjadi pendidik yang tidak hanya profesional, tetapi juga penuh empati dan semangat mengabdi. Saya percaya bahwa pendidikan dasar adalah fondasi utama dalam membentuk generasi masa depan, dan saya bersyukur telah diberi kesempatan untuk turut serta dalam proses tersebut di SDN Penanggungan.

Comments